Rasa cincau terasa betul pada minuman itu, bahkan pada tegukan pertama
Airnya keruh tapi menyegarkan juga
Sementara saya masih terduduk disana, sendiri..
Seorang tua duduk beberapa meja dibelakang saya, sendiri juga..
Sisanya hanya kursi dan meja tak bertuan
Lorong itu lebih tenang dari tempat disamping kanan dan kiri
Tempat mereka bersantap dan bersenda gurau
Saya tetap tidak peduli.
= = = = =
Sementara Jakarta sedang memasuki jam padatnya
Hingar jalan raya jauh lebih menarik perhatian saya
Sirene kereta sesekali keras menggertak para pengguna jalan
Beberapa bis transjakarta melintas dengan sombong di jalurnya yang kosong
Lalu yang lainnya hanya pasrah saja pada keadaan
Sedikit saya geser menjauh piring yang masih ada sisa-sisa itu
Malam itu saya sedang tidak terlalu lapar.
= = = = =
Hanya terus memainkan cincau dan nata de coco itu dengan sendok
Mereka sepertinya tidak akan keberatan atas tindakan saya itu
Sembari pikiran yang ternyata mulai menerawang
Ah.. saya hanya terlalu takut
Atau terlalu banyak pertimbangan
Dan tidak tegas juga
Nyatanya masih seperti dulu
Lantas, sampai kapan?
= = = = =
Saya masih terduduk disana, sendiri..
Beberapa kali menarik nafas panjang
Masih memain-mainkan cincau dan nata de coco dengan sendok
Saya masih belum berniat untuk meneguknya
Mungkin nanti saja.
= = = = =
Masih dengan tatapan mata yang buta memandang keluar
Nyatanya semua pada akhirnya kembali baik-baik saja
Bahkan pada hal-hal yang pernah sangat saya khawatirkan
Saya hanya terlalu takut
Terlalu khawatir
Mungkin itu saja
Sesuatu yang terlalu itu tidak baik bukan?
Saya telan beberapa cincau dan nata de coco yang mulai risau itu
Kasihan.
= = = = =
Saya masih asyik menerawang saat dua orang perempuan datang
Mereka menempati meja di hadapan saya
Bercanda-canda dengan logat batak yang tak bisa disembunyikan
Saya mulai terusik, sedikit..
= = = = =
Saya masih terduduk disana, sendiri..
Mulai tak tega terus memainkan cincau dan nata de coco itu
Kemudian datang tiga orang lelaki teman si perempuan tadi
Gelak tawa mereka semakin menjadi
Ya.. saya terusik.
= = = = =
“Mas, ini kursinya kosong kan? pinjam ya”
Seorang lelaki bercelana pendek dan baju merah muda itu bertanya
Gaya bicaranya menyerupai perempuan, entah disengaja atau tidak
Tangannya memegang kursi di dekat saya, siap menarik
“iya mas ambil aja”
Saya menyerah
Dengan berat hati cincau dan nata de coco itu saya habisi
Lalu beranjak
Padahal saya masih ingin bermain dengan mereka.
= = = = =
(Jakarta, 17 Oktober 2015)
Ahmad. kok keren siiiiiiiiih
LikeLiked by 1 person
apanya yang keren na?
LikeLike
Tulisan lo kerenz!
LikeLike